Minggu, 05 Agustus 2018

RASUL DARI SIMALUNGUN ATAS

Ekspresi umat seragam. Elpidius bukan pengkhotbah ulung. Pastor Thomas Saragi mengatakan, "Kapan dan dimana pun, tema kotbahnya sama saja, tidak pernah berubah sesuai kalender liturgi. Apa pun kalender liturgi, kotbahnya bolak-balik ke itu-itu saja, kasih pada sesama." "Ai tong, ai tong,"demikian hal senada dikatakan Pastor Kornelius Sipayung, kelahiran 1970. Artinya, itu melulu, itu melulu. Namun demikian figur Elpidius adalah gambaran nyata "Vita est viva vox", kehidupan yang begitu meyakinkan. Elpidius berkhotbah melalui keteladanan hidup. Dia tidak memerlukan apa-apa untuk dirinya. Cara hidupnya menjadi saksi hidup tentang kabar gembira itu sendiri. 

Dia menjalani kehidupan dengan keyakinan akan penyertaan Tuhan. Untuk mematrikan keyakinannya, Elpidius rutin berdoa. Seorang wartawan pernah bertanya: "Apa yang penting untukmu dalam kehidupan rohani?
Elpidius menjawab. "Saya percaya sekali, jika kita memenuhi kewajiban kita, Tuhan akan menolong kita. Juga penting bagi saya memelihara hidup doa. Kalau tidak ada iman yang kuat akan Allah, tidak melihat kegunaan agama dan kehidupan kekal, dan kalau doa dilalaikan, kita tidak sanggup menanggung semua kesulitan. Karena itu dasar hidupku adalah doa dan dari situ saya mencoba melaksanakan tugas-tugas sebaik mungkin."  

Kalimat Elpidius mengingatkan pada kutipan Kisah Para Rasul 10:4, Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau." 

Elpidius kukuh dan konsisten menjalankan profesinya. Dia menjalankan tugasnya sebagaimana dikehendaki Tuhan.


https://binamediaperintis.net

Dikutip JDM dari Buku Elpidius Van Duijnhoven - Oppung Dolok, Rasul dari Simalungun Atas, Sungguh Mati Dia Mencintai Umatnya, Oleh Simon Saragih, Penerbit Bina Media Perintis, Medan, 2014, Halaman VII dan VIII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar